Jumat, 25 April 2014

Bandingkan tingkat kesejahteraan provinsi-provinsi di jawa dengan minimal 5 provinsi di luar jawa. Menurut indikator dari Dudley seers (a). tingkat kemiskinan (b). tingkat penggangguran (c). tingkat ketimpangan di berbagai bidang (kesehatan). berikan solusinya !


           Tingkat kemiskinan di Provinsi Dearah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini adalah yang tertinggi di Pulau Jawa. Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada awal bulan ini (2 Januari) menyebutkan, kejadian kemiskinan (incidence of poverty) di Provinsi Dearah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada bulan September 2013 mencapai 15,03 persen. Itu artinya, 15 dari setiap 100 orang penduduk DIY tergolong miskin dengan pengeluaran kurang dari Rp303.843 per bulan.
 
pemberian cap sebagai provinsi termiskin di Jawa akan menjadi rancu bila dihubungkan dengan fakta bahwa DIY adalah salah satu provinsi dengan pendapatan/pengeluaran per kapita tertinggi di Pulau Jawa.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pada tahun 2012, skor IPM DIY sebesar 76,75 poin. Angka ini tertinggi ke-2 di Pulau Jawa setelah DKI Jakarta (78,33 poin). Itu artinya, tingkat kapabilitas (kualitas pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan) penduduk DIY merupakan salah satu yang terbaik di Pulau Jawa.

lalu membandingkannya dengan provinsi-provinsi lain di Pulau Jawa, semakin jelas bahwa secara umum tingkat kesejahteraan penduduk DIY adalah salah satu—bahkan boleh dibilang yang terbaik—di Jawa meski persentase penduduk miskinnya masih tinggi. 

*Tingkat kemiskinan beberapa provinsi di luar pulau jawa sebagai berikut :

-Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Riau Maret 2013 sebesar 469,28 ribu jiwa (7,72 persen). Jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret  2012 yang berjumlah 483,07 ribu jiwa (8,22 persen), penduduk miskin di Riau mengalami penurunan sebanyak  13,79 ribu jiwa.

-Perkembangan kemiskinan di Provinsi Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu 2008-2013, secara absolut menurun sebesar 134,19 ribu jiwa, dengan jumlah penduduk miskin tahun 2013(maret) 302ribu jiwa. Seperti halnya dengan kondisi tingkat kemiskinan dari tahun 2008-2013 mengalami penurunan dan hingga akhir tahun 2013 (maret) mencapai 12,83 persen atau menurun sebesar 6,70 persen dari tahun 2008. Kondisi kemiskinan Provinsi Sulawesi Tenggara masih tergolong tinggi jika dibandingkan terhadap rata-rata kemiskinan nasional (11,37%).

-Selama September2012–September 2013, Garis Kemiskinan naik sebesar 10,
92persen, yaitu dari Rp 277.407,-per kapita per bulan pada September 2012menjadi Rp 307.698,-per kapita per bulan pada September 2013. jumlah dan persentase penduduk miskin menurut provinsi di Pulau Kalimantan pada September 2013. penduduk miskin tertinggi di Provinsi Kalimantan Barat sebesar 8,74 persen, sementara persentase penduduk miskin terendah di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu sebesar 4,76persen. Dilihat dari jumlah penduduk,sebagian besar penduduk miskin berada di Provinsi Kalimantan Baratyang mencapai 394.167 orang
, sementara jumlah penduduk miskin terkecil berada di Provinsi Kalimantan Tengah hanya berjumlah 145.355 orang.

-Garis kemiskinan Bali pada Maret 2013 mengalami peningkatan sebesar 8,94
persen,dari Rp249.997,00pada Maret 2012menjadi Rp 272.349,00pada Maret 2013.

-Angka yang dikutip dari BPS per Maret 2013, menunjukkan bahwa presentase orang miskin di Papua dua kali lipat lebih tinggi dari tingkat rata-rata kemiskinan di Indonesia yaitu 11,37%.

*Tingkat pengangguran di beberapa provinsi di luar pulau jawa

-Jumlah  pengangguran pada Agustus 2013 sebanyak 144.487, dengan demikian  Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Riau mencapai sebesar 5,50 persen, yang berarti naik jika dibandingkan dengan TPT di tahun 2012  yang hanya sebesar 4,30 persen.

-Jumlah pengangguran Terbuka di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2013
(februari) mencapai 36.800 jiwa atau berkurang sebanyak 19.338 jiwa dari tahun 2008. Sementara untuk perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), dari 2008-2013 cenderung menurun, TPT tahun 2013 (februari) tercatat sebesar 3,47 persen atau menurun sebesar 2,26 persen dari tahun 2008. Tingkat pengangguran di Provinsi Sulawesi Tenggara tergolong tinggi dibandingkan terhadap TPT nasional. TPT tertinggi tahun 2012 mencapai 10,21% adalah di Kota Bau-Bau

-Jumlah pengangguran pada agustus 2012 menurun sekitar 0,40 persen dibandingkan agustus 2011.” Berdasarkan berita resmi statistik badan pusat statistik provinsi Kalimantan barat lima november 2012, jumlah angkatan kerja di kalbar pada agustus 2012 mencapai 2.182.524 jiwa orang berkurang sekitar 75.507 jiwa, dibanding angkatan kerja februari 2012 sebesar 2.258.031 jiwa atau berkurang 50.671 jiwa dibandingkan agustus 2011 sebesar 2.233.195 jiwa.

-Berdasarkan data yang disajikan Badan Pusat Statistik (BPS) serta Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Bali, angka pengangguran berhasil ditekan dari 3,31 persen pada tahun 2008 menjadi 2,04 persen pada tahun 2012. pengangguran pada tahun 2008 berjumlah 69.548 orang dari angkatan kerja sebanyak 2.099.278 orang. Selanjutnya pada tahun 2009, angka pengangguran berhasil diturunkan menjadi 66.470 orang dari angkatan kerja sebanyak 2.123.588 orang pada tahun tersebut. Sementara pada tahun 2010 dan 2011, angka pengangguran ada pada kisaran 3,06 persen dan 2,32 persen. Sedangkan pada bulaData tersebut menunjukkan bahwa penurunan angka pengangguran di Bali selama kurun waktu lima tahun terakhir cukup signifikann Agustus 2012, angka pengangguran berhasil diturunkan menjadi 2,04 persen atau sebanyak 47.320 dari 2.980.470 angkatan kerja pada tahun tersebut.

-Kepala BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Papua Barat, Ir Tanda Sirait,MM, Senin (7/5) membeberkan, pada Februari 2012 pengangguran mencapai angka 25.246 orang, berkurang 7.785 orang dibanding Agustus 2011 dan juga berkurang sebanyak 5.176 orang dari Februari 2011. Terjadi penurunan tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Provinsi Papua Barat yaitu dari 8,94 persen pada Agustus 2011 menjadi sebesar 6,57 persen pada Februari 2012.

*Tingkat kesehatan di beberapa provinsi di luar pulau jawa

- BADAN Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau menyatakan bahwa daerah Provinsi Riau berada pada urutan yang terendah di Indonesia dalam hal kematian bayi dan ibu saat melahirkan di rumah sakit. Salah satu program yang diterapkan Pemerintah Provinsi Riau adalah membebaskan biaya berobat bagi pasien miskin di Puskesmas dan RSUD Arifin Achmad.anggaran untuk kesehatan di Provinsi Riau sangat luar biasa yakni 6 hingga 10 persen dari APBD Riau. Dalam arti kata, pemerintah daerah sangat komitmen dengan kesehatan di Riau.

-Perkembangan derajat kesehatan penduduk antarprovinsi di wilayah Sulawesi Tenggara selama periode terakhir menunjukkan kondisi perbaikan, yang diindikasikan oleh menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB),dan meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Kondisi ini sejalan dengan perkembangan perbaikan kondisi kesehatan secara nasional yang cenderung terus membaik

- Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga medis seperti dokter, bidan dan tenaga medis lainnya mencapai 66,63 persen pada tahun 2012, lebih baik dibandingkan tenaga non medis seperti dukun yaitu sebesar 33,27 persen. Pemerintah mengupayakan agar para ibu hamil dapat melahirkan dengan bantuan tenaga kesehatan yang terdidik guna menjamin keselamatan ibu dan bayi. Adanya peningkatan kuantitas dan kualitas program-program pelayanan bidang kesehatan, telah mampu menurunkan Angka Kematian Bayi (IMR) dan meningkatkan Angka Harapan Hidup (eº) Kalimantan Tengah.

- Pada tahun 2011-2012, lebih dari 95 persen kelahiran di Bali ditolong oleh dokter atau bidan. Kondisi ini pula yang mempengaruhi angka harapan hidup penduduk Bali yang cenderung mengalami peningkatan. Pada periode yang sama (2011-2012), angka harapan hidup di Bali mengalami peningkatan dari 70,78 tahun menjadi 70,84 tahun

- Kelompok kesehatan pada bulan Maret 2014 mengalami inflasi sebesar 0,04persen atau terjadi kenaikan indeks dari 106,43pada bulan Februari 2014 menjadi 106,47pada bulan Maret 2014.Dari empat sub kelompok yang ada dalam kelompok ini,dua sub kelompok mengalami inflasi, sedangkan dua sub kelompok sisanyatidak mengalami perubahan indeks.Sub kelompok yang mengalami inflasi terbesar adalah sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika 0,08persen. Sedangkan sub kelompok yang mengalami inflasi terkecil adalah sub kelompok obat-obatan 0,02 persen.

Kesimpulan :
 Dilihat dari aktivitas ekonomi yang diukur dari besaran distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2012, sekitar 61,36% kontribusi ke PDRB berada di Pulau Jawa; sekitar 20,96% berada di Sumatera; dan sekitar 8,35% berada di Kalimantan. Pulau lainnya hanya menyumbang kurang dari 5% dari keseluruhan nilai aktivitas ekonomi nasional.
Konsekuensi dari besaran kue pembangunan yang mengumpul di Jawa, telah mengakibatkan sejumlah besar penduduk tinggal di pulau ini. Hasil Sensus Penduduk 2010 yang merekam jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237.641.300 jiwa; sekitar 18,12% berada di Provinsi Jawa Barat; sekitar 15,77% berada di Jawa Timur; dan sekitar 13,63% berada di Jawa Tengah.
Aktivitas ekonomi yang terpusat di Pulau Jawa telah menyebabkan penduduk miskin yang besar berada di wilayah ini. Data BPS Tahun 2012, menunjukkan bahwa dari keseluruhan jumlah penduduk miskin yang berjumlah 29,14 juta jiwa; sekitar 5,07 juta berada di Provinsi Jawa Timur; sekitar 4,98 juta berada di Jawa Tengah; dan sekitar 4,46 juta berada di Jawa Barat. Artinya, walaupun Pulau Jawa mengalami kemajuan pesat, namun juga dihuni oleh penduduk miskin yang hampir mencapai 50% dari keseluruhan penduduk kategori miskin di Indonesia.
 Di lain pihak, besaran indeks ketimpangan pendapatan nasional yang diukur dengan Indeks Gini telah mengalami peningkatan secara drastis, dari sekitar 0,35 pada 2008, meningkat tajam menjadi 0,41 pada 2012. Provinsi yang mempunyai indeks ketimpangan sebesar 0,41 antara lain adalah Jawa Barat dan Sulawesi Selatan; indeks ketimpangan sebesar 0,42 adalah DKI Jakarta; indeks ketimpangan sebesar 0,43 adalah DI Yogyakarta, Bali, Sulawesi Utara, dan Papau Barat; sementara yang mempunyai indeks ketimpangan sebesar 0,44 adalah Gorontalo dan Papua.

Solusi
menurut saya solusi yang dapat diberikan untuk 3 indikator Dudley seers  di provinsi pulau jawa dan luar pulau jawa ialah mengetahui dampak negative pengangguran, mengatasi pengangguran secara umum (seperti pendidikan gratis bagi yang kurang mampu, tak hanya pemerintah namun masyarakat juga dihimbau untuk membuka lapangan pekerjaan yang lebih banyak untuk mengurangi angka pengangguran, mendirikan tempat-tempat pelatihan keterampiln dan lain sebagainya), mengikuti pelatihan kerja,  memperbanyak bursa kerja, menggalakkan program transmigrasi, mendukung kegiatan berwirausaha, dan memperbaiki mental penganggur.  cara yang dapat dilakukan untuk mengentasakan kemiskinan seperti menghapuskan larangan impor beras., Lakukan investasi di bidang pendidikan dengan fokus pada perbaikan akses dan keterjangkauan sekolah menengah serta pelatihan ketrampilan bagi masyarakat miskin, sambil terus meningkatkan mutu dan efisiensi sekolah dasar, Lakukan investasi di bidang kesehatan dengan fokus pada perbaikan mutu layanan kesehatan dasar (oleh pemerintah dan swasta) dan akses yang lebih baik ke layanan kesehatan, Suatu upaya khusus diperlukan untuk menangani angka kematian ibu yang sangat tinggi di Indonesia. Dan untuk mengatasi kesehatan di berbagai provinsi yaitu dengan membuat puskesmas diberbagai desa ataupun pelosok desa, memberikan pelayanan kesehatan secara gratis terhadap keluarga yang kurang mampu, membuat rumah sakit di perkotaan dan menambah tenaga medis serta sarana dan prasarana yang memadai.


SUMBER :
http://www.academia.edu/5263304/Masalah_dan_Strategi_Pengentasan_Kemiskinan_di_Indonesia_Perkuat monitoring dan kajian terhadap program kemiskinan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar